Dry Needling: Pengertian serta Manfaat
Secara umum, mungkin masyarakat awam masih sulit untuk membedakan antara treatment akupuntur dengan dry needling. Nah, sebenarnya apa sih bedanya kedua treatment tersebut?
Dilihat dari segi tindakan, kedua treatment ini sama sama menggunakan jarum. Namun yang perlu dipahami bahwa ada perbedaan mendasar dalam prosedur Tindakan, fungsi dan manfaat dari kedua Tindakan ini.
Ilmu akupunktur berdasar pada teori dari kedokteran Cina tradisional, sementara Dry Needling berdasarkan pada studi ilmiah modern neuroanatomi Barat dan sistem saraf, otot dan tulang. Walaupun demikian Dry Needling dan akupunktur sama-sama menggunakan alat yang sama yaitu jarum filiform.
Dry Needling dapat mengatasi nyeri yang bervariasi, namun dapat juga untuk cedera akut atau kronis, sakit kepala, nyeri leher atau punggung, tendinitis, spasme otot, nyeri pinggul atau lutut, otot yang robek (strain), fibromyalgia dan tennis/golfer elbow. Metode dr neediling merangsang titik-titik yang mendasari myofascial trigger otot dan jaringan ikat (myofascial trigger point) untuk pengelolaan nyeri dan gangguan gerakan neuromuskuloskeletal (saraf, otot dan tulang). Hasilnya adalah berkurangnya/hilangnya nyeri dan bertambahnya lingkup gerak sendi.
Sasaran dry needling atau Trigger point yang merupakan titik hiperiritabel yang sensitif di dalam otot atau fascia yang menegang. Titik ini dapat membentuk benjolan yang teraba saat ditekan. Titik tersebut sangat nyeri dan nyeri dapat menyebar ke area sekitarnya. Dry Needling dapat membantu melemaskan otot yang tegang sehingga benjolan yang teraba tadi menghilang dan dapat mengurangi nyeri pada otot.
Otot yang sehat terasa sedikit tidak nyaman dengan penusukan jarum, namun otot yang sensitif dan memendek atau memiliki trigger point di dalamnya akan merasakan sensasi seperti otot kram. Tusukan ini dapat menimbulkan kedutan jika mengenai trigger point. Kebanyakan pasien merasa bahwa terapi Dry Needling ini tidak sesakit yang dibayangkan sebelumnya.
Gambaran singkat tentang Terapi yang berbasis pada sistem fisiologi ini cukup sederhana dalam proses pengerjaannya, namun tetap harus dilakukan oleh dokter yang telah tersertifikasi. Karena dokter harus menemukan trigger point masing-masing otot sesuai dengan keluhan pasien dan hasil pemeriksaan. Lalu area otot tersebut dibersihkan dengan alkohol agar steril. Setelah itu jarum akan dimasukkan ke dalam otot yang memiliki trigger point. Pasien akan merasakan LTR (local twitch respon) atau muscle dancing pada daerah trigger point yang terkena. Pada saat terapi pasien harus tenang dan relaks karena munculnya muscle dancing tidak dapat diprediksi. Ketika itu terjadi, pasien harus relaks dan tidak berusaha menarik bagian otot yang sedang diterapi.